3D TV atau TV 3 Dimensi merupakan salah satu inovasi terbaru dari teknologi Flat Panel TV (LCD, LED dan TV Plasma) yang mengajak pemirsanya menikmati acara TV dengan nuansa 3 dimensi. Kehadiran teknologi TV 3D ini bertujuan menampilkan tayangan senyata mungkin bagi pemirsanya. Layaknya kita melihat di alam nyata.
Sebenarnya teknologi 3D sudah lama ada. Namun saat itu teknologi tampilan TV belum mendukung. Namun semenjak munculnya TV resolusi tinggi (HDTV) yang tampilan gambarnya sangat tajam dan halus, teknologi 3D hadir kembali.
Untuk dapat menikmati sensasi 3D pada TV 3D kita, kita juga harus mendapatkan konten yang 3D juga. Ada beberapa sumber konten 3D, seperti Film dari Blue Ray 3D, dari Stasiun pemancar TV 3D, dari Internet seperti 3D TVshows dan 3D Video games seperti PS3 dan Nintendo. Namun 3D konten yang asli, yang diproduksi secara 3D juga, masih jarang. Kebanyakan konten 2D yang dikonversi menjadi 3D, yang hasilnya tidak sebagus konten yang asli diproduksi secara 3D. Namun pastinya kedepan akan banyak konten 3D tersedia di pasaran, terutama Film dan Acara TV.
Apa itu 3D?
Secara sederhana, suatu benda dikatakan 3 dimensi jika memiliki 3 unsur, yaitu: X (lebar, width), Y (tinggi, height) dan Z (dalam, depth). Sedangkan 2 Dimensi memiliki 2 unsur saja yaitu, X (panjang, length) dan Y(lebar, width), seperti gambar berikut.
Dalam dunia nyata kita bisa mengetahui kedalaman (depth, unsur Z pada gambar di atas) suatu objek karena ke dua mata kita masing-masing melihat dengan sudut yang sedikit berbeda. Masing-masing mata menangkap objek dalam bentuk 2 Dimensi seperti gambar berikut:
Kedua gambar yang dihasilkan mata kanan dan mata kiri, digabungkan oleh otak kita dan menghasilkan satu gambar dalam bentuk 3D persis seperti objeknya. Karenanya dengan ke dua mata kita, kita bisa mengetahui (mempersepsikan) jarak dan kedalaman objek di depan kita. (Bersyukurlah kita memiliki dua mata yang masih sehat).
Teknik inilah yang digunakan dalam produksi film 3D yang kemudian diterjemahkan kembali oleh TV 3D sehingga kita dapat nonton dengan nuansa seperti di alam nyata.
Cara kerja 3D TV.
Apa yang ditampilkan pada TV 3d, hanyalah gambar rata atau 2D saja namun yang ingin dihadirkan adalah kesan 3D nya seolah-olah pemirsa sedang berada di alam nyata. Kesan 3D ini yang didapat dari TV 3D.
Ada beberapa sistem yang dipakai untuk menampilkan kesan 3D. Dan setiap sistem harus menggunakan kacamata 3D masing-masing. Namun sistem apapun yang dipakai untuk menghasilkan kesan 3D ini, pada dasarnya semuanya sama yaitu dengan menampilkan 2 versi yang berbeda dari gambar yang sama terhadap mata kita. Sistem-sistem tersebut yaitu:
1. Anaglyph 3D system.
Sistem anaglyph 3D ini berkerja dengan cara menghasilkan dua gambar (dari adegan yang sama) yang masing-masing memiliki warna yang berbeda dan posisi horisontalnya juga sedikit berbeda. Gambar pertama cenderung ke warna merah dan gambar kedua cenderung ke warna biru muda (cyan).
Kemudian kedua gambar ini masuk melalui kacamata Anaglyph 3D yang berfungsi memisahkan kedua jenis gambar. Kacamata sebelah kiri akan meneruskan gambar yang cenderung merah dan menghalangi gambar warna biru muda masuk ke mata kiri.
Sedang kacamata sebelah kanan akan meneruskan gambar yang berwarna biru muda dan menghalangi gambar yang berwarna merah masuk ke mata kanan. Dan oleh otak kita kedua gambar yang berbeda warna tersebut digabungkan sehingga menghasilkan kesan 3 dimensi terhadap gambar yang kita lihat tersebut.
Film 3D pertama kali diproduksi menggunakan sistem Anaglyph ini dan masih dipergunakan oleh beberapa stasiun TV dan produksi film blue ray.
2. Polarized 3D system.
Pada sistem Polarized 3D, dihasilkan dua gambar yang sama namun masing-masing diproyeksikan dengan sudut yang berbeda (terpolarisasi).
Dan kacamata yang digunakan untuk sistem ini, masing-masing (kaca sebelah kiri dan kaca sebelah kanan) didesain menerima gambar yang sudut proyeksinya sama dan menolak sudut yang proyeksinya berbeda. Dan oleh otak kita kedua gambar yang berbeda proyeksi tersebut digabungkan sehingga menghasilkan kesan 3 dimensi.
3. Active Shutter 3D system.
Pada sistem Active Shutter 3D, dihasilkan dua gambar yang kualitasnya bagus (HD) yang masing-masing gambar diperuntukkan untuk mata kiri dan kanan. Masing-masing gambar ditampilkan secara bergantian dengan kecepatan (kedipan) yang tinggi (min 100 kali per detik). Kedipan kedua gambar tersebut tidak akan terlihat oleh mata kita. (TV yang lama kedipannya 50 - 100 Hz, tidak terlihat oleh mata).
Kacamatanya (Active Shutter 3D glass) terbuat dari kristal cair yang didesain bisa terbuka (transparan) dan tertutup (buram) secara bergantian antara kaca kanan dan kiri, mengikuti kecepatan kedipan yang dihasilkan oleh TV 3D.
Saat TV 3D menampilkan gambar untuk mata kiri, maka kacamata sebelah kiri terbuka (tranparan) dan kacamata sebelah kanan tertutup (buram). Begitu juga sebaliknya, jika TV 3D menampilkan gambar untuk mata kanan, kacamata sebelah kiri tertutup (buram) dan kacamata sebelah kanan terbuka (transparan). Kedua gambar yang diterima otak ini akan menghasilkan gambar tunggal yang berkesan 3D.
Kedipan pada kacamata ini dioperasikan secara elektronik untuk menerima perintah dari TV 3D, kapan harus terbuka dan kapan harus tertutup sehingga kedipannya selalu sinkron dengan TV 3D. Perintah dari TV 3D dipancarkan secara wireless ke kacamata tersebut. Karenanya sistem ini disebut Shutter 3D aktif, dan kacamatanya lebih mahal karena ada rangkaian elektronik beserta baterainya.
4. Glass free 3D system.
Berbeda dari ke tiga jenis sistem di atas, sistem ini tidak lagi memerlukan kacamata bantu. Sistem ini dikenal juga dengan istilah auto-stereoscopic atau multiscopic. Sistem ini masih dianggap kurang sempurna, masih dalam tahap pengembangan. Kelemahan sistem ini kita harus duduk pada posisi yang pas untuk mendapatkan kesan 3D nya. Tidak boleh bergeser. Dan tidak bisa buat nonton bareng. Tidak semua penonton bisa mendapatkan kesan 3D. SIstem 3D tanpa kacamata ini ada dua yaitu, Lenticular system dan Parallax Barrier System. Kelak kita bahas lain waktu.
Artikel terkait:
- Siaran TV Digital
- Cara mendapatkan siaran TV Digital Terrestrial DVB-T2
- Jenis-jenis TV Digital (resolusi TV Digital)
- Daftar TV Digital yang sudah built-in Tuner DVB-T2
- Antena TV Digital
- Bikin sendiri antena TV Digital
- Apa itu Smart TV?
- Cara koneksi Smart TV ke jaringan internet
- Apa itu kabel HDMI
- Jenis-jenis konektor HDMI
- Cara koneksi laptop ke TV Digital menggunakan kabel HDMI
- Koneksi dan cara kerja jaringan DLNA
- Jenis home theater dan bagian-bagiannya
- Apa maksud 5.1 - 6.1 - 7.1 channel pada home theater dan format surround sound
- Cara setup home theater
- Mengenal jenis-jenis proyektor
- Untung rugi menggunakan proyektor sebagai home cinema
- Jenis-jenis TV LED berdasarkan lampu belakangnya (back-lit)
- Apa beda LED, OLED, AMOLED
..........................................................................................................................................................................................
Sebenarnya teknologi 3D sudah lama ada. Namun saat itu teknologi tampilan TV belum mendukung. Namun semenjak munculnya TV resolusi tinggi (HDTV) yang tampilan gambarnya sangat tajam dan halus, teknologi 3D hadir kembali.
Untuk dapat menikmati sensasi 3D pada TV 3D kita, kita juga harus mendapatkan konten yang 3D juga. Ada beberapa sumber konten 3D, seperti Film dari Blue Ray 3D, dari Stasiun pemancar TV 3D, dari Internet seperti 3D TVshows dan 3D Video games seperti PS3 dan Nintendo. Namun 3D konten yang asli, yang diproduksi secara 3D juga, masih jarang. Kebanyakan konten 2D yang dikonversi menjadi 3D, yang hasilnya tidak sebagus konten yang asli diproduksi secara 3D. Namun pastinya kedepan akan banyak konten 3D tersedia di pasaran, terutama Film dan Acara TV.
Apa itu 3D?
Secara sederhana, suatu benda dikatakan 3 dimensi jika memiliki 3 unsur, yaitu: X (lebar, width), Y (tinggi, height) dan Z (dalam, depth). Sedangkan 2 Dimensi memiliki 2 unsur saja yaitu, X (panjang, length) dan Y(lebar, width), seperti gambar berikut.
Dalam dunia nyata kita bisa mengetahui kedalaman (depth, unsur Z pada gambar di atas) suatu objek karena ke dua mata kita masing-masing melihat dengan sudut yang sedikit berbeda. Masing-masing mata menangkap objek dalam bentuk 2 Dimensi seperti gambar berikut:
Kedua gambar yang dihasilkan mata kanan dan mata kiri, digabungkan oleh otak kita dan menghasilkan satu gambar dalam bentuk 3D persis seperti objeknya. Karenanya dengan ke dua mata kita, kita bisa mengetahui (mempersepsikan) jarak dan kedalaman objek di depan kita. (Bersyukurlah kita memiliki dua mata yang masih sehat).
Teknik inilah yang digunakan dalam produksi film 3D yang kemudian diterjemahkan kembali oleh TV 3D sehingga kita dapat nonton dengan nuansa seperti di alam nyata.
Cara kerja 3D TV.
Apa yang ditampilkan pada TV 3d, hanyalah gambar rata atau 2D saja namun yang ingin dihadirkan adalah kesan 3D nya seolah-olah pemirsa sedang berada di alam nyata. Kesan 3D ini yang didapat dari TV 3D.
Ada beberapa sistem yang dipakai untuk menampilkan kesan 3D. Dan setiap sistem harus menggunakan kacamata 3D masing-masing. Namun sistem apapun yang dipakai untuk menghasilkan kesan 3D ini, pada dasarnya semuanya sama yaitu dengan menampilkan 2 versi yang berbeda dari gambar yang sama terhadap mata kita. Sistem-sistem tersebut yaitu:
1. Anaglyph 3D system.
Kemudian kedua gambar ini masuk melalui kacamata Anaglyph 3D yang berfungsi memisahkan kedua jenis gambar. Kacamata sebelah kiri akan meneruskan gambar yang cenderung merah dan menghalangi gambar warna biru muda masuk ke mata kiri.
Sedang kacamata sebelah kanan akan meneruskan gambar yang berwarna biru muda dan menghalangi gambar yang berwarna merah masuk ke mata kanan. Dan oleh otak kita kedua gambar yang berbeda warna tersebut digabungkan sehingga menghasilkan kesan 3 dimensi terhadap gambar yang kita lihat tersebut.
Film 3D pertama kali diproduksi menggunakan sistem Anaglyph ini dan masih dipergunakan oleh beberapa stasiun TV dan produksi film blue ray.
2. Polarized 3D system.
Pada sistem Polarized 3D, dihasilkan dua gambar yang sama namun masing-masing diproyeksikan dengan sudut yang berbeda (terpolarisasi).
Dan kacamata yang digunakan untuk sistem ini, masing-masing (kaca sebelah kiri dan kaca sebelah kanan) didesain menerima gambar yang sudut proyeksinya sama dan menolak sudut yang proyeksinya berbeda. Dan oleh otak kita kedua gambar yang berbeda proyeksi tersebut digabungkan sehingga menghasilkan kesan 3 dimensi.
3. Active Shutter 3D system.
Pada sistem Active Shutter 3D, dihasilkan dua gambar yang kualitasnya bagus (HD) yang masing-masing gambar diperuntukkan untuk mata kiri dan kanan. Masing-masing gambar ditampilkan secara bergantian dengan kecepatan (kedipan) yang tinggi (min 100 kali per detik). Kedipan kedua gambar tersebut tidak akan terlihat oleh mata kita. (TV yang lama kedipannya 50 - 100 Hz, tidak terlihat oleh mata).
Kacamatanya (Active Shutter 3D glass) terbuat dari kristal cair yang didesain bisa terbuka (transparan) dan tertutup (buram) secara bergantian antara kaca kanan dan kiri, mengikuti kecepatan kedipan yang dihasilkan oleh TV 3D.
Saat TV 3D menampilkan gambar untuk mata kiri, maka kacamata sebelah kiri terbuka (tranparan) dan kacamata sebelah kanan tertutup (buram). Begitu juga sebaliknya, jika TV 3D menampilkan gambar untuk mata kanan, kacamata sebelah kiri tertutup (buram) dan kacamata sebelah kanan terbuka (transparan). Kedua gambar yang diterima otak ini akan menghasilkan gambar tunggal yang berkesan 3D.
Kedipan pada kacamata ini dioperasikan secara elektronik untuk menerima perintah dari TV 3D, kapan harus terbuka dan kapan harus tertutup sehingga kedipannya selalu sinkron dengan TV 3D. Perintah dari TV 3D dipancarkan secara wireless ke kacamata tersebut. Karenanya sistem ini disebut Shutter 3D aktif, dan kacamatanya lebih mahal karena ada rangkaian elektronik beserta baterainya.
4. Glass free 3D system.
Berbeda dari ke tiga jenis sistem di atas, sistem ini tidak lagi memerlukan kacamata bantu. Sistem ini dikenal juga dengan istilah auto-stereoscopic atau multiscopic. Sistem ini masih dianggap kurang sempurna, masih dalam tahap pengembangan. Kelemahan sistem ini kita harus duduk pada posisi yang pas untuk mendapatkan kesan 3D nya. Tidak boleh bergeser. Dan tidak bisa buat nonton bareng. Tidak semua penonton bisa mendapatkan kesan 3D. SIstem 3D tanpa kacamata ini ada dua yaitu, Lenticular system dan Parallax Barrier System. Kelak kita bahas lain waktu.
Source: - http://www.hdtvorg.co.uk
........................................................................................................................................................................................Artikel terkait:
- Siaran TV Digital
- Cara mendapatkan siaran TV Digital Terrestrial DVB-T2
- Jenis-jenis TV Digital (resolusi TV Digital)
- Daftar TV Digital yang sudah built-in Tuner DVB-T2
- Antena TV Digital
- Bikin sendiri antena TV Digital
- Apa itu Smart TV?
- Cara koneksi Smart TV ke jaringan internet
- Apa itu kabel HDMI
- Jenis-jenis konektor HDMI
- Cara koneksi laptop ke TV Digital menggunakan kabel HDMI
- Koneksi dan cara kerja jaringan DLNA
- Jenis home theater dan bagian-bagiannya
- Apa maksud 5.1 - 6.1 - 7.1 channel pada home theater dan format surround sound
- Cara setup home theater
- Mengenal jenis-jenis proyektor
- Untung rugi menggunakan proyektor sebagai home cinema
- Jenis-jenis TV LED berdasarkan lampu belakangnya (back-lit)
- Apa beda LED, OLED, AMOLED
..........................................................................................................................................................................................